![]() |
| Seminar Nasional bertema “Jejak Kepahlawanan NU dan Perjuangan Syekh Mahfudz Somalangu dalam Meneguhkan Kemerdekaan Indonesia” yang digelar di Aula Aswaja UMNU Kebumen.(ft ist) |
Dalam kondisi kritis tersebut, Syekh Mahfudz Somalangu tampil sebagai tokoh kunci. Di bawah kepemimpinannya, AOI menggerakkan konsolidasi besar-besaran, melibatkan santri dan petani di wilayah Jawa Selatan untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus membangun kesadaran nasional.
Sejumlah pertempuran besar diikuti AOI, mulai Perang Surabaya 10 November 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Pertempuran Ambarawa, hingga Perang Sabil Gombong pada 5 Agustus 1947. AOI juga tercatat membantu Batalyon Sudarmo dalam merebut kembali Kebumen dari pendudukan Belanda.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Ma’arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen, Dr. H. Imam Satibi, pada Seminar Nasional bertema “Jejak Kepahlawanan NU dan Perjuangan Syekh Mahfudz Somalangu dalam Meneguhkan Kemerdekaan Indonesia” yang digelar di Aula Aswaja UMNU Kebumen, Minggu 23 November 2025.
Tidak hanya terlibat dalam pertempuran, Syekh Mahfudz juga berperan dalam kelahiran Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945. Bersama Hadratus Syaikh KH. Hasyim As’ary, ia mendorong dukungan kelompok muslim terhadap PPKI yang mengesahkan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945. Pada 1946, Syekh Mahfudz dan AOI bahkan menginisiasi bantuan kemanusiaan internasional, mengirim 500.000 ton padi untuk rakyat India yang dilanda kelaparan.
Walau sempat terjadi kesalahpahaman dengan APRIS terkait kebijakan RERA pada era RIS, Syekh Mahfudz menegaskan AOI bukanlah kelompok pemberontak, tidak memiliki tujuan mendirikan negara Islam, dan tetap setia pada perjuangan nasional. Ia mendorong agar pasukan AOI yang tidak bergabung kembali ke dunia pesantren.
“Syekh Mahfudz bukan hanya ulama, melainkan juga ahli strategi militer, politik, ekonomi, dan intelektual. Kepemimpinannya menginspirasi santri, petani, serta pemuda untuk berjuang dengan penuh semangat. Fatwanya ‘Daripada mati sangit, lebih baik mati syahid’ menjadi motivasi kuat bagi para pengikutnya,” ujar Dr. Imam Satibi.
Sebagai bentuk pengakuan negara, pemerintah memberikan penghargaan kepada mantan pasukan AOI sebagai upaya merehabilitasi sejarah yang selama ini kurang tercatat.
Seminar Nasional ini terlaksana melalui kolaborasi antara DPD RI, Nahdlatul Ulama, dan UMNU Kebumen. Acara dibuka oleh Wakil Bupati Kebumen H. Zaeni Miftah, serta dihadiri Rois Syuriyah sekaligus Pengasuh PP Al Kahfi Somalangu, K.H. Afifudin Al Hasani.
Para narasumber meliputi Ketua PPUU DPD RI Dr. H. Abdul Kholik, sejarawan UGM Prof. Dr. Arif Ahyat, Rektor UMNU Kebumen Dr. H. Imam Satibi, dan sejarawan UIN Sunan Kalijaga Dr. Hj. Siti Maryam. Mereka mengupas secara mendalam kontribusi ulama NU dalam mempertahankan kemerdekaan, dengan fokus khusus pada kiprah Syekh Mahfudz Somalangu.
Seminar ini diikuti peserta dari berbagai latar belakang, mulai akademisi perguruan tinggi seperti UPB Kebumen, IAINU Kebumen, UNIMUGO, UIN Saezu Purwokerto, UNU Yogya, UNIGA Cilacap, STAINU Purworejo, Politeknik Ganesa Kebumen, UGM, hingga UIN Surakarta. Hadir pula aktivis muda NU, para santri, dan masyarakat umum yang menyimak dengan antusias. Kegiatan ini menggugah kembali semangat nasionalisme sekaligus menyadarkan publik bahwa kontribusi ulama pesantren merupakan bagian penting sejarah Indonesia yang sering luput dari literatur arus utama.(*)






.jpeg)
.jpeg)