![]() |
Mahasiswa KKN IAI An-Nawawi Purworejo bersama masyarakat Desa Kali jering saat melakukan penanamam 250 bibit singkong manggu varietas unggulan. (Ft ist) |
Lahan desa yang biasanya hanya dipenuhi rerumputan kini mulai berubah wajah. Bibit singkong manggu—varietas khas Jawa Barat dengan bobot umbi mencapai 7–10 kilogram—ditanam bersama-sama, menjadi simbol harapan baru bagi ketahanan pangan desa.
“Program ini kami inisiasi untuk mengurangi ketergantungan pada beras, terutama saat harga melambung atau pasokan terbatas,” ujar Chusnul Mukaromah, salah satu mahasiswa KKN.
Tak hanya menanam, mahasiswa KKN juga menggelar workshop dan diskusi tentang diversifikasi pangan. Menurut Chusnul, singkong manggu bukan sekadar bahan pangan alternatif, tetapi bisa menjadi sumber ekonomi baru jika diolah menjadi produk bernilai jual tinggi.
“Kami ingin membuktikan bahwa pangan lokal adalah benteng ketahanan desa. Kenyang tak harus selalu dari nasi, tapi juga dari akar ketekunan yang tumbuh di tanah sendiri,” tandasnya.
Data nasional pun menguatkan alasan gerakan ini. Konsumsi beras masyarakat Indonesia masih mencapai 92 kg per kapita per tahun, sedangkan singkong hanya 8,5 kg. “Ketimpangan ini menunjukkan pangan lokal masih punya ruang besar untuk dikembangkan,” jelasnya.
Kepala Desa Kalijering, Suyanto, menyambut baik inisiatif tersebut. Ia menilai program mahasiswa KKN sejalan dengan potensi lokal desanya.
“Kami sangat berterima kasih. Program ini bukan hanya relevan, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mandiri pangan,” ujarnya.
Gerakan sederhana ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran bahwa kemandirian pangan bisa dimulai dari desa, dari lahan yang ada, dan dari singkong yang ditanam dengan penuh semangat.(*)