KEBUMEN (seputarkebumen.com) – Beberapa hari terakhir jagat maya digegerkan munculnya video keluh kesah seorang wanita atas tudingan anggota keluarganya yang dinyatakan terpapar Covid-19 oleh salah satu rumah sakit di Kebumen.
Video yang berdurasi 6,25 menit itu diunggah melalui laman akun Facebook Sulis Tyowati Sidareja Kunci yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Kamis (10/12).
Pemilik akun yang diketahui merupakan warga Gang Sindoro 1 No 5 RT 02/RW 04 Kecamatan Gombong tidak hanya mengeluhkan tudingan anggota keluarga yang terpapar Covid-19 saja. Melainkan perlakuan serta pelayanan rumah sakit yang dinilai kurang memuaskan.
“Dengan datangnya surat ini, saya ingin mengadukan kepada bapak Ganjar Pranowo atas apa yang keluarga saya alami,” ucap wanita tersebut dalam video.
Hingga saat ini, video yang menampilkan wanita berkaos merah jambu telah dibanjiri 2.200 komentar netizen dan di bagikan 3.200 kali. Dalam postingan itu juga diberikan caption bertuliskan nada penyesalan.
“Bapak saya bukan Corona,saya ingin cukup keluarga saya yg merasakan ini cukup keluarga saya yg menjadi korban jangan sampai ada korban lagi,menyesal saya benar2 menyesal bapak saya dimakamkan secara corona,semoga bapak gubernur Jawa tengah bisa lebih tegas,bisa melihat rakyat kecil seperti kami” tulis akun Sulis Tyowati Sidareja Kunci.
Atas permasalahan itu, keluarga yang bersangkutan merasa dikucilkan oleh tetangga. Bahkan saat prosesi pemakaman tidak ada warga yang bersedia memandikan dan menyalati jenazah.
“Sampai sekarang warga masih mengucilkan keluarga kami,” terangnya.
Berikut tulisan keluh kesah yang dituangkan dalam sebuah video melalui akun facebook Sulis Tyowati Sidareja Kunci :
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Dengan datangnya surat ini saya ingin mengadukan kepada bapak Ganjar pranowo atas apa yang keluarga saya alami, tepatnya 25 November 2020.
Bapak saya sakit. dari dulu bapak saya sudah memiliki riwayat penyakit asma karena bapak saya pecinta keroncong, suka meniup seruling. Sudah sebelum adanya coronapun bapak saya sudah memiliki riwayat asma. Pagi sekitar pukul 8, bapak saya dilarikan ke salah satu rumah sakit, bapak saya dimasukkan ke ruang IGD. Jauh jauh dari Sidareja saya pulang ke Gombong. Sesampainya di rumah sakit hati saya hancur melihat bapak saya terbaring di ruangan tertutup dengan keadaan kaki diikat dan tangan diikat.
Salah satu perawat rumah sakit bilang kepada saya, ibu tidak boleh masuk, hanya bisa melihat dari kaca karena takutnya bapak ibu corona. Tak ada anak yang akan tega melihat bapak sendiri di dalam ruangan, sementara kala itu bapak saya butuh untuk dituntun, sampai akhirnya saya tetap memaksa untuk masuk.
Sore sekitar pukul 5 dokter berkata, bapak mau dipindahkan ke ruang ICU bu di lantai 3 dan ibu bisa melihat bapak dari kaca saja. Saya berpikir ruang ICU itu bagus dan saya setuju. Tepatnya pukul 7 bapak saya dipindah ke lantai 3 dan saya mengikuti bapak saya ke lantai 3. Setelah sampai di lantai 3 hati saya benar-benar terpukul melihat bapak saya dimasukkan ke ruang Isolasi.
Saya tanya ke perawat, katanya ke ruang ICU Mas, kenapa bapak saya masuk ke ruang isolasi dan di bawah bilangnya saya bisa melihat bapak saya dari kaca, ternyata ruangan bapak saya tidak ada jendela dan kaca. Langsung saya berontak seketika itu juga. Saya bilang ke perawat kenapa bapak saya diisolasi kan bapak saya belum tentu korona, hati anak mana yang akan tega meninggalkan bapak di umur 76 tahun di ruang isolasi sendiri, dengan tangan dan kaki terikat.
Saya bilang ke perawat kalau sampai bapak saya ternyata bukan Corona saya akan tuntut balik rumah sakit ini dan perawat menjawab ibu tidak akan bisa menuntut. Saya jawab, kenapa saya tidak bisa menuntut? perawat berkata karena ibu orang bawah.
Bapak Ganjar Pranowo, apakah benar itu hanya untuk orang atas? sementara saya keluarga miskin tidak bisa menuntut, sampai akhirnya malam itu juga saya minta bapak saya dibawa pulang. Saya menemui dokter dan menyampaikan niat saya.
Dokter menyuruh saya untuk mengisi surat pernyataan dan dokter berkata, ini pasien pulang atas kemauan itu ibu sendiri, BPJS saya hapus dan ibu bayar pakai umum. Malam itu juga saya cari uang Pak, untuk membayar rumah sakit 2.500.000. Malam itu juga saya pulang. Alhamdulillah di rumah bapak saya mendingan. Tetapi salah satu mantri dari rumah sakit ada yang menyebarkan berita kalau bapak saya reaktif dan tidak mau diswab, selang 3 hari orang yang tinggal satu rumah dengan bapak saya dites swab semua dan hasilnya negatif
Tetapi warga tetap mengucilkan keluarga saya. Sampai ternyata, sampai tepatnya 3 desember bapak saya drop. Saya ingin meminjam oksigen dari rumah sakit untuk bapak saya, katanya harus ada uang jaminan satu juta tujuh ratus. Saat itu kami tidak ada uang akhirnya kami pasrah. Tepatnya hari kamis malam pukul 12.30 bapak saya menghembuskan nafas terakhir. Yang membuat hati saya hancur, bapak saya dimakamkan secara corona, menawarkan tetangga pun tidak ada yang mau mandiin dan menyalati bapak saya.
Saya mohon, saya mohon, mohon, bapak saya jangan pakai peti. karena bapak saya pernah pesan tidak mau pakai peti, tetap tidak dihiraukan. Tanggal 6 Desember saya minta hasil lab bapak saya dan bapak saya bukan corona. Sampai sekarang warga masih mengucilkan keluarga kami.
Maaf Bapak Ganjar, tolong bantu rakyat kecil seperti kami. saya tidak mau ada korban lagi cukup keluarga saya saja. Kami keluarga miskin yang tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah. PKH-pun, orang tua saya tidak pernah menerima. Sekali lagi saya mohon kepada Bapak Ganjar untuk bisa lebih adil. Saya mohon kepada Bapak ganjar, saya ingin masalah ini untuk dibersihkan. Untuk Bapak Ganjar, semoga bisa membuka hati. Saya tidak mau lagi ada pasien yang bukan corona tapi dimakamkan secara corona,
Saya ingin cukup keluarga saya saja yang merasakan ini semua, untuk keluarga saya saja yang merasakan ini semua. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya mohon keadilan ini, Bapak saya bukan korona. Saya mohon keadilan ini Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. *
Tak berselang lama menjadi buah bibir para netizen, pemilik akun mengunggah video berikutnya tentang persoalan yang dihadapi telah ditindak lanjuti langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Alhamdulillah semua sudah clear pak Ganjar sudah turun tangan langsung sudah menelfon saya langsung,sudah mendengar keluh kesah saya secara langsung,,sekali lagi saya trimakasih kepada bapak Ganjar atas semua bantuanya untuk saya dan keluarga saya,” tulisnya dalam keterangan video.
Kepada seputarkebumen.com, pemilik akun Sulis Tyowati Sidareja Kunci bernama asli Sulistyowati (33) menjelaskan, arahan Gubernur pasca dirinya bercerita melalui sambungan telpon untuk membuat semacam selebaran menggunakan kertas bahwa bapaknya tidak terpapar Covid-19.
“Bilangnya sih suruh buat kertas tempelan bahwa bapak saya tidak kena corona supaya tidakada lagi yang mengucilkan,” ucapnya.
Lebih dari itu, ia juga difasilitasi menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) oleh Ganjar untuk ibunya berusia 70 tahun yang dianggap dalam kategori ekonomi lemah.
“
Kalau PKH memang tidak dapat, makanya di video itu saya bilang pkh pun ibu saya tidak menerima iya kan,” ungkapnya.
Ia mengaku merasa begitu diperhatikan oleh Gubernur. Ia menganggap Ganjar Pranowo merupakan pejabat negara yang cukup responsif dan peka terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.
“Respon dari bapak Gubernur saya rasa bagus, dia mau mendengarkan suara rakyat kecil seperti saya dan mau memberikan bantuan kepada keluarga saya,” pungkasnya. (hfd)