![]() |
| Bupati Kebumen Lilis Nuryani dan Ketua Tim PVMBG, Oktory Prambada saat ditemui media.(ft ist) |
Pertemuan itu turut dihadiri Sekda, para Asisten, Staf Ahli, pimpinan OPD, serta sejumlah camat dari wilayah rawan bencana.
Ketua Tim PVMBG, Oktory Prambada, memaparkan bahwa pergerakan tanah di Sampang masuk kategori slow moving landslide atau rayapan tanah lambat. Meski tidak terjadi secara mendadak, gerakan ini terus meluas dan kini diperkirakan sudah mencakup 70 hektare. Dampaknya cukup besar: 70 hektare lahan pertanian rusak, 6 rumah rusak, 65 rumah terancam, serta terputusnya 2 jembatan dan sejumlah ruas jalan desa.
Oktory menjelaskan, secara geologi kawasan tersebut merupakan longsoran lama yang tersusun dari batuan napal dan lempung, berada tepat di zona lembah yang menjadi jalur alami aliran air.
“Pergerakan tanah tipe lambat tidak menghancurkan secara tiba-tiba, tetapi merayap sedikit demi sedikit. Daya dukung tanah di lokasi ini sudah tidak bisa menopang infrastruktur,” kata Oktory.
PVMBG juga mengingatkan bahwa curah hujan tinggi hingga Februari 2026 dapat mempercepat pergerakan tanah. Bahkan, bila aliran air tersumbat, kondisi ini berpotensi memicu aliran rombakan atau banjir bandang.
Bupati Lilis Nuryani menyampaikan apresiasi atas kajian mendalam tersebut. Ia menegaskan hasil rekomendasi PVMBG akan dijadikan dasar utama dalam penyusunan rencana tata ruang dan langkah penanganan berikutnya.
“Kami berterima kasih kepada Badan Geologi. Kami juga meminta rekomendasi lanjutan, termasuk apakah lahan yang bergerak masih dapat dimanfaatkan,” ujar Bupati Lilis.
Menjawab hal itu, PVMBG memberikan beberapa rekomendasi penting. Rumah rusak berat dan hunian yang berada di zona gerakan tanah wajib direlokasi ke lokasi yang lebih aman. Relokasi disebut sebagai langkah yang tidak terhindarkan karena daya dukung tanah sudah tidak layak.
Untuk lahan yang masih bergerak, pemanfaatannya tetap dimungkinkan, namun hanya untuk tanaman keras penyerap air, bukan untuk persawahan maupun hunian. Langkah ini diperlukan untuk menekan percepatan pergerakan tanah.
Mitigasi infrastruktur juga wajib dilakukan dengan membersihkan dan melancarkan saluran air, agar kejenuhan tanah tidak semakin meningkat. Untuk bangunan di area yang masih berisiko, PVMBG menyarankan penggunaan rumah panggung yang lebih adaptif terhadap gerakan tanah lambat.
Bupati Lilis mengimbau warga Desa Sampang tetap tenang namun meningkatkan kewaspadaan, terutama di tengah cuaca ekstrem. Ia juga menyoroti fenomena tumbangnya pohon-pohon di sekitar kawasan panembahan, yang menurut kearifan lokal masyarakat setempat menjadi tanda bahwa tanah di wilayah tersebut tengah bergerak.
Hasil kajian PVMBG ini akan dibahas lebih detail bersama warga Sampang, termasuk penentuan titik relokasi dan tahapan pelaksanaan. Pemerintah Kabupaten juga segera meneruskan laporan tersebut kepada Gubernur Jawa Tengah dan BNPB sebagai dasar penyusunan kebijakan strategis serta pengajuan dukungan lanjutan.(*)





