![]() |
| Bupati Kebumen, Lilis Nuryani dan rombongan saat melakukan ziarah ke makam KH Abu Dardiri di kompleks pemakaman Jalan Pekih, Purwokerto.(ft ist) |
Ziarah tersebut bukan sekadar agenda seremonial, melainkan perjalanan penuh makna untuk mengenang sosok ulama visioner yang memiliki peran besar dalam sejarah berdirinya Kementerian Agama RI. KH Abu Dardiri juga memiliki ikatan keluarga dengan Bupati Kebumen, sebagai ayah mertua beliau.
KH Abu Dardiri lahir di Gombong, Kebumen, pada 24 Agustus 1895. Selain dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, ia memimpin Muhammadiyah Banyumas selama lebih dari tiga dekade, sejak 1930 hingga 1963. Namun, kiprah terbesarnya justru tercatat dalam sejarah nasional, meski tak banyak diketahui publik.
Pada Sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tahun 1945, KH Abu Dardiri bersama KH Saleh Su’aidy dengan berani mengusulkan agar urusan keagamaan dipisahkan dari Kementerian Pengajaran. Usulan tersebut dilandasi pemikiran visioner demi menjamin perhatian khusus negara terhadap kehidupan beragama.
Gagasan itu akhirnya diterima Presiden Sukarno dan menjadi tonggak berdirinya Kementerian Agama Republik Indonesia pada 3 Januari 1946.
“Hari ini kami berziarah ke makam almarhum KH Abu Dardiri, mertua saya. Beliau adalah sosok yang jasanya sangat besar bagi bangsa ini, terutama dalam membidani lahirnya Kementerian Agama,” ujar Bupati Lilis Nuryani di sela-sela kegiatan ziarah.
Putra almarhum, Ir. H. Mohammad Yahya Fuad, mengaku terharu atas perhatian dan penghormatan yang terus diberikan jajaran Kementerian Agama, khususnya dari Kemenag Kebumen. Ia menuturkan, selama bertahun-tahun, kisah perjuangan sang ayah hanya ia dengar melalui cerita lisan ibundanya.
“Saya baru mengetahui secara resmi pengakuan atas peran ayah saya sebagai pengusul Kementerian Agama pada masa awal reformasi, sekitar tahun 1997. Kami sangat berterima kasih atas doa dan perhatian yang terus mengalir,” ungkap Yahya Fuad.
Sebagai bentuk penghormatan, keluarga saat ini tengah membangun Masjid Abu Dardiri di lingkungan Pondok Pesantren Al-Kamal, Kuwarasan, Kebumen.
Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Kebumen, Anif Solikhin, menegaskan bahwa keberadaan Kementerian Agama hari ini tidak lepas dari kegigihan tokoh-tokoh pendahulu seperti KH Abu Dardiri.
“Tanpa keberanian dan pemikiran beliau, mungkin Kementerian Agama tidak akan lahir seperti sekarang. Dari beliau, kami mengambil ibroh tentang keteguhan perjuangan dan keikhlasan dalam mengabdi,” ujar Anif.
Peringatan HAB ke-80 Kementerian Agama yang mengusung tema “Umat Rukun dan Sinergi, Indonesia Damai dan Maju” menjadi momentum penting untuk kembali mengenalkan KH Abu Dardiri sebagai tokoh penghubung sejarah, yang menjahit nilai keagamaan, kebangsaan, dan persatuan dari Gombong untuk Indonesia.(*)












