![]() |
Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Puring dan Buayan di Desa Weton Kulon mulai dibangun.(ft sk/ist) |
Acara tersebut berlangsung khidmat dan dihadiri langsung oleh Bupati Kebumen Lilis Nuryani, Kepala BPBD Udy Cahyono, Kepala Diskominfo Sukamto, serta jajaran pejabat DPUPR.
Dalam sambutannya, Bupati Lilis mengungkapkan bahwa jembatan yang melintasi Sungai Telomoyo itu putus akibat banjir bandang pada 15 Maret 2022. Kerusakan tersebut tidak hanya memutus akses fisik, tetapi juga melumpuhkan mobilitas warga dan aktivitas ekonomi di dua kecamatan.
"Karena keterbatasan anggaran daerah, Pemkab mengajukan bantuan dana ke BNPB. Alhamdulillah, berkat kerja sama dan doa seluruh pihak, akhir 2024 kita menerima hibah lebih dari Rp15 miliar," ujar Bupati.
Ia menegaskan bahwa pembangunan jembatan ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan juga pemulihan konektivitas sosial dan ekonomi antarwilayah. "Jarak tempuh akan lebih pendek, distribusi barang lebih lancar, dan ekonomi warga bisa kembali bergeliat," tambahnya.
Bupati juga mengingatkan pentingnya profesionalisme dalam proses pengerjaan. Ia meminta penyedia jasa, konsultan, dan dinas teknis untuk menjaga integritas dan mengutamakan keselamatan kerja.
"Koordinasi dengan masyarakat dan pemerintah desa harus berjalan baik, agar tidak terjadi miskomunikasi di lapangan," tegasnya.
Kepala BPBD Kebumen, Udy Cahyono, menyampaikan bahwa kontrak kerja proyek ini dimulai sejak 8 April 2025 dan ditargetkan selesai pada 8 Desember 2025. Anggaran yang digunakan mencapai Rp14,84 miliar.
"Pelaksana proyek adalah PT. Karya Adi Kencana, didampingi oleh CV. Cahaya Konsultan sebagai pengawas, dan CV. Amphidya Yodha Engineering sebagai perencana," jelasnya.
Berbeda dengan sebelumnya, jembatan baru akan dibangun tanpa tiang penyangga di tengah sungai. Sebagai gantinya, akan digunakan rangka baja dengan pondasi kuat di kedua sisi sungai.
"Model ini untuk mengantisipasi banjir. Tanpa tiang tengah, arus air bisa lebih leluasa," imbuh Udy.
Kepala Desa Weton Kulon, Dasikin, mengenang panjangnya perjalanan jembatan ini. Menurutnya, jembatan sudah ada sejak ia masih kecil, dulu hanya berupa sasak bambu yang sering rusak dan dibangun ulang berkali-kali.
"Terakhir dibangun dengan beton pada 2010, tapi banjir 2022 kembali menghancurkannya. Sejak itu kami bangun jembatan darurat dari bambu tiga kali, tapi tetap hancur saat musim hujan. Akhirnya kami menyerah," ungkap Dasikin.
Kini, rasa syukur pun melimpah di hati warga. Pembangunan jembatan ini membawa harapan baru, terutama untuk mempercepat akses dan aktivitas sehari-hari.
"Kalau jembatan ini jadi, kami tak perlu memutar dua kilometer lagi hanya untuk menyebrang. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bupati dan Pemkab. Ini sangat berarti bagi kami," tutup Dasikin penuh haru.(*)