![]() |
Pengiriman perdana sampah kering RDF (Refuse Derived Fuel) ke pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) di Cilacap.(ft ist) |
Pelepasan pengiriman dilakukan langsung oleh Wakil Bupati Kebumen Zaeni Miftah di TPST Stadion Candradimuka, disaksikan Dandim 0709 Letkol CZi Ardianta Purwandhana, para pejabat OPD, serta jajaran manajemen PT SBI.
“Langkah ini bukan sekadar uji coba, tapi bagian dari komitmen 100 hari kerja kami. Kita ingin Kebumen tidak hanya bebas dari tumpukan sampah, tapi juga punya kontribusi dalam transisi energi bersih,” ujar Wabup Zaeni.
RDF merupakan sampah kering yang telah dipilah dan dicacah untuk dijadikan bahan bakar alternatif. Dalam kerja sama ini, Kebumen menyuplai RDF ke PT SBI, yang akan menggunakannya sebagai substitusi batu bara untuk pembakaran di pabrik semen mereka.
Wabup menyebut, kerja sama ini berpotensi menekan beban anggaran pengelolaan sampah yang mencapai Rp12 miliar per tahun. “Kalau bisa dimanfaatkan menjadi energi, kenapa harus jadi beban? Justru bisa jadi solusi sekaligus sumber nilai tambah,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan (DLHKP) Kebumen Asep Nurdiana menambahkan, RDF yang dikirim masih berupa curah karena belum tersedia alat pemadat. Namun, Pemkab telah merancang pembangunan pabrik RDF di Gombong untuk mengelola sampah dari TPA Semali secara lebih modern.
"Target kami, ke depan RDF bisa diproduksi dalam skala besar dan kualitas tinggi. Saat ini, uji coba awal sudah menunjukkan kualitas RDF Kebumen masuk kategori A," jelas Asep.
Dari 26 TPS3R di Kebumen, saat ini baru 15 yang aktif, dan hanya satu yang punya mesin pencacah RDF. Mesin tersebut mampu memproduksi 1 ton RDF per jam. Sementara itu, dua titik TPA besar, Kaligending dan Semali, masing-masing menghasilkan 60 dan 40 ton sampah per hari—sumber potensial yang siap dioptimalkan.
Asep menegaskan, pengelolaan RDF ini akan terus dikembangkan, termasuk pengadaan alat dan pelatihan SDM. "Sampah bukan lagi masalah, tapi peluang. Dan kita sedang menuju ke arah sana," pungkasnya.(*)