Bidan Asal Kebumen: “JKN Jadi Penyelamat Nyawa, Termasuk Ibuku Sendiri”


Surati (45) seorang asal Depokrejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen.(ft sk/ist)
KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Bagi Surati (45), seorang bidan desa asal Depokrejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, pelayanan kesehatan bukan sekadar tugas, tapi panggilan hidup. Hampir setiap hari ia menjadi tumpuan warga untuk bertanya tentang banyak hal—dari pemeriksaan kehamilan, hingga bagaimana cara mendaftar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

“Namanya juga bidan desa, kita yang paling sering berinteraksi langsung dengan masyarakat. Jadi, pertanyaan soal JKN itu sudah makanan sehari-hari,” kata Surati, Kamis (20/03).

Surati menyaksikan sendiri betapa pentingnya Program JKN, terutama bagi ibu hamil dan bayi baru lahir yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Menurutnya, tidak sedikit warga yang menunda atau bahkan menolak berobat karena takut tak mampu membayar biaya rumah sakit.

“Sering saya temui, ada ibu hamil yang harus dirujuk ke rumah sakit tapi menolak karena alasan biaya. Padahal itu bisa berisiko besar. Kami para tenaga kesehatan sampai bingung harus bagaimana,” ujarnya.

Namun, sejak Program JKN bergulir, situasi perlahan berubah. Masyarakat mulai merasa lebih tenang. Ada jaminan yang membuat mereka berani berobat, baik ke puskesmas maupun rumah sakit.

“Program JKN ini benar-benar jadi harapan masyarakat. Apalagi untuk yang iurannya dibayarkan pemerintah, sangat meringankan,” jelas Surati.

Surati bukan hanya menyaksikan manfaat JKN dari sisi profesinya. Ia pun merasakannya langsung saat mendampingi ibunya menjalani pengobatan penyakit kulit kronis di beberapa rumah sakit di Kota Solo.

“Ibu saya dari Simo, Boyolali. Bolak-balik ke Solo buat berobat. Untung ada JKN, karena pengobatannya sudah bertahun-tahun dan biayanya besar. Tanpa JKN, kami pasti kewalahan,” kenangnya.

Meski begitu, Surati menyayangkan adanya stigma negatif tentang JKN di masyarakat. Isu miring yang menyebut layanan JKN “dinomorduakan” oleh rumah sakit menurutnya tak sepenuhnya benar.

“Kalau ada yang bilang JKN itu pelayanannya buruk sampai harus dihentikan, saya yang pertama akan menolak. Saya tahu betul manfaatnya di lapangan,” tegasnya.

Surati berharap Program JKN terus berjalan dan ditingkatkan. Ia percaya, ini salah satu program pemerintah yang paling dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat.

“Kalau ada kekurangan, kita evaluasi. Tapi jangan sampai program sebaik ini hilang. Iurannya murah, cakupan penyakitnya luas, dan yang paling penting: menyelamatkan nyawa,” pungkasnya.(*)