![]() |
Cucu pendiri NU, KH Umar Wahid Hasyim saat berkunjung di Ponpes Al-Huda Jetis Kutosari Kebumen.(ft sk/ist) |
Dalam safari tersebut Gus Umar singgah di beberapa lokasi, khususnya pesantren. Dia mengawali kunjungan di Pesantren Al Huda Jetis, Kutosari, Kebumen. Di sana, tokoh NU ini disambut hangat pengasuh pesantren KH Wahib Mahfudz.
Lalu, Gus Umar berkesempatan salat Jumat di Pesantren Al Kahfi, Somalangu. Berlanjut dengan acara ramah tamah sekaligus silaturahmi dengan pengasuh pesantren KH Afifudin Chanif. Pada pertemuan ini Gus Umar bertegur sapa bersama tokoh NU Kebumen seperti KH Dawamudin Masdar dan Dr Imam Satibi.
"Ya, tentu ini momen langka. Bagaimana beliau kerso rawuh di Kebumen. Dan, memberikan pelecut semangat bagi kami," kata Tim Pemenangan Andika-Hendi Kebumen, Saiful Hadi.
Selesai di Pesantren Al Kahfi, dzuriyah dari Hadratus Syaikh Hasyim Asyari ini melanjutkan silaturahmi dengan kader penggerak NU. Dalam kesempatan tersebut Gus Umar berbaur bersama sedikitnya 300 kader NU. Dia menguraikan bagaimana perjalanan hidup trah keluarga pendiri NU.
"Beliau menceritakan perjuangan pendirian NU, proses kemerdekaan sampai kehidupan masa sulit waktu kecil Gus Dur dan Gus Umar sampai perjalanan hari ini. Beliau juga memberikan wejangan, kalau ingin sukses harus memiliki darang pejuang, bukan pecundang," terang Saiful yang juga anggota DPRD Provinsi Jateng itu.
Sosok adik Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini juga menitipkan perjuangan untuk pemenangan Andika-Hendi. Sebagai Ketua Tim Pemenangan Andika-Hendi, Gus Umar berpesan masyarakat harus cerdas dalam memilih sosok calon pemimpin.
"Yang jelas ada satu kalimat penting. Menurut beliau kemenangan Andika-Hendi adalah kemenangan masa depan Jawa Tengah. Dan, untuk kebaikan Jawa Tengah," ungkap Saiful menirukan perkataan Gus Umar.
Saiful optimis, Kabupaten Kebumen bakal menyumbang kemenangan suara untuk paslon nomor urut 01 di Pilgub Jateng. Sejauh ini, kata dia, kondisi pendukung Andika-Hendi hampir merata. Mereka berangkat dari berbagai elemen dan latar belakang. Mulai dari kalangan ulama, santri, akademisi, petani, nelayan, budayawan hingga seniman.
"Kami menggerakkan tidak hanya mesin partai, tapi juga instrumen relawan. Tentu dengan strategi khusus," tutup Saiful.(*)