Berita 40 Rumah Retak karena Bencana di Sempor Ternyata Hoax


Kondisi rumah warga desa Kedungjati kecamatan Sempor.(ft SK/IST)
SEMPOR, (seputarkebumen.com)- Camat Sempor Kabupaten Kebumen Yoso Raharjo meluruskan adanya berita dari salah satu media televisi nasional yang menyebut ada 40 rumah retak karena bencana di Dukuh Pejaten, RT 04 RW 03 Desa Kedungjati, Kecamatan Sempor. Yoso memastikan berita tersebut tidak benar.

Menurutnya, yang benar hanya ada tiga rumah retak, di bagian lantai dan dinding. Itupun penyebabnya karena konstruksi bangunan yang tidak layak, bukan karena bencana. Ia memastikan tidak ada bencana tanah bergerak, longsor atau pun banjir di dukuh atau desa tersebut.

"Ini saya meluruskan, saya pastikan bahwa adanya berita yang menyebut 40 rumah di dukuh Pejaten  Kedungjati mengalami retak karena bencana- itu tidak benar, alias hoax. Memang ada tiga rumah di sini yang retak dinding dan lantainya, tapi karena faktor konstruksi," ujar Yoso, saat ditemui di lokasi, Jumat (12/1).

Jika itu karena bencana, maka sudah dipastikan rumah di sekitar warga yang retak juga mengalami hal yang sama. Faktanya ketika dipantau di lapangan rumah warga yang lain tidak ada masalah. Ia bersama BPBD dan Pemerintah Desa juga telah mengecek di sekitar rumah, tidak ada bukti tanah bergerak.

"Kalau ini karena tanah bergerak mestinya tetangga sebelah juga retak. Lha kalau kita lihat samping rumah Bapak Sahid ini tidak retak. Tadi kita cek memang karena konstruksi bangunan rumah yang sudah tua, rusaknya sudah lebih dari lima tahun," terang Yoso.

Yoso menyayangkan adanya pemberitaan atau informasi yang tidak benar. Terlebih sampai menyebutkan tidak ada perhatian dari pemerintah terkait adanya bencana. "Memang di dukuh ini ada 40 rumah jumlahnya, tapi yang retak cuman tiga rumah, tidak semuanya seperti yang diberitakan," ucapnya.

Yoso meminta kepada siapapun untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi, jangan sampai salah fatal. Pasalnya ini menyangkut pelayanan pemerintah, karena dianggap kurang peduli terhadap masyarakat. Padahal faktanya tidak demikian.

"Ini kan menyangkut pelayanan pemerintah, jadi seolah-olah kita kaya tidak perhatian. Kalau itu bencana pasti kita melakukan penanganan cepat. Semua sudah terkoordinasi, jika memang ada yang bergeser (tanah bergerak) pastinya kita sudah melakukan penanganan," tegasnya.

Sementara itu Sudirman Sahid pemilik rumah mengaku, bangunannya sudah mengalami retak-retak sekitar 5 sampai 10 tahun yang lalu. Ia juga mengakui yang di dukuh tersebut hanya tiga rumah, dan retaknya  bukan karena faktor bencana.

"Ya nggak ada bencana, hanya retak mungkin tanahnya atau apanya saya kurang paham, karena tetangga rumah persis juga tidak retak. Ada di sebrang sana yang dua lagi," ujarnya.

Sahid hanya  berharap ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan karena kebutuhan hidupnya tidak mencukupi. "Kita sudah mengajukan ke desa sejak berapa tahun lalu, tapi belum juga turun, saya harap ada bantuan perbaikan rumah, karena terus terang kita belum mampu," ucapnya.(*)