![]() |
Wartawan Goes to Campus dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT PWI di kampus UMNU Kebumen.(ft SK/ist) |
Kegiatan bertajuk Wartawan Goes to Campus dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT PWI ini, berlangsung di Aula Kampus setempat, Sabtu 11 Februari 2023. Pelatihan diisi oleh dua orang narasumber Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kebumen M Tohri dan Wartawan Online Sarif Hidayat.
Dalam materinya Tohri yang sekaligus Pimpinan Redaksi media online Kebumen24.com itu menjabarkan banyak hal mengenai seputar dunia pers. Salah satunya tentang peran dan fungsi pers serta kode etik jurnalistik.
Dimana, pers berperan memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui informasi dan menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, serta menghormati kebhinekaan. Termasuk mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi tepat, akurat dan benar.
‘’ Peran pers juga berkewajiban melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran.’’jelasnya.
Selain itu, Tohri menerangkan pers memiliki 5 fungsi, yaitu mengedukasi masyarakat dalam pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan untuk mendorong seseorang berbuat kebaikan. Kemudian informasi, kontrol sosial, hiburan dan lembaga ekonomi.
Informasi disini untuk mendukung kemajuan masyarakat. Sedangkan benrtuk hiburan yang disajikan oleh pers tetap pada aturan yang berlaku, di mana hiburan harus tetap mendidik dan tidak melanggar nilai moral, HAM, agama, dan peraturan lain yang tidak diperbolehkan.
‘’ Fungsi pers berikutnya ialah untuk mengontrol, mengoreksi, mengkritik sesuatu yang bersifat konstruktif atau tidak membangun. Pers juga berfungsi untuk mengawasi jalannya birokrasi, sehingga dapat mencegah terjadinya penyelewengan, seperti Korupsi, Kolusi, Nepotisme dan berbagai penyimpangan lainnya.’’imbuhnya.
Tohri menambahkan, dalam menjalankan tugasnya, pers harus berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. Ini untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik memperoleh informasi yang benar.
‘’ Salah satu kode etiknya adalah wartawan harus bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Sebelum membuat berita harus didukung data dan dilengkapi dengan konfirmasi agar balance, berimbang dari berbagai sisi atau cover both side,’’pungkasnya.
Sementara itu, Sarif Hidayat menambahkan, untuk menjadi jurnalis skill saja tidak cukup, namun disertai dengan wawasan yang luas. Ini dikarnakan, seorang jurnalis dituntut harus bisa memilah dan memilih, serta cermat terhadap isu sebelum dinaikan menjadi sebuah berita.
‘’ Jadi tidak asal membuat berita, Seorang yang hobi membaca saja belum tentu bisa menulis. Jurnalis harus memiliki alat ukur dan pertimbangan yang matang sebelum mengunggah berita. Ini layak atau tidak, ini dampaknya bagaimana, semua harus diperhitungkan terlebih dahulu,’’ungkapnya.
Sarif menjabarkan beberapa hal yang harus dikuasai seoang jurnalis. Salah satunya teknik peliputan. Meliput tidak hanya datang ke lokasi, namun juga wajib melakukan observasi dengan cara mengamati langsung peristiwa yang terjadi.
‘’ Kemudian melakukan riset dokumen, baik cetak maupun digital. Dokumen cetak yaitu penelusuran terkait berita yang diliput, seperti press release, makalah, notulen rapat, surat keputusan atau buku. Dokumen digital yakni penelusuran informasi melalui mesin pencari (google), seperti arsip berita lama di internet, arsip sejarah, video, foto, dan juga akun media sosial seseorang.’’tambahnya.
Selanjutnya melakukan wawancara dengan narasumber untuk menggali informasi. Sebelum wawancara, jurnalis harus melakukan berbagai persiapan agar memperoleh informasi dari narasumber.
‘’ Tidak semua narasumber mudah memberikan informasi. Untuk itu, Wartawan perlu memahami karakter narasumber dan mencari celah untuk membuat narasumber bercerita.’’ujarnya.
Tak hanya itu, Sarif juga mengenalkan tentang dasar bahasa jurnalistik yang merupakan bahasa komunikasi massa. Menurutnya, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas.
Sedangkan untuk struktur berita, Sarif menyatakan terdiri dari 5 komponen yaitu Judul , lead, Perangkai, Body content dan kaki atau closing. Penulisan berita menganut prinsip piramida terbalik, dimana menempatkan informasi dengan urutan prioritas paling penting di bagian atas, kemudian di susunan berikutnya dengan derajat penting yang semakin rendah.
‘’ Piramida Terbalik adalah sebuah konsep, formula, struktur, atau pola penulisan berita, yaitu informasi yang paling menarik dan penting ditempatkan di bagian awal naskah. Informasi terpenting tempatkan di alinea pertama alias lead. Dengan begitu pembaca segera tahu apa inti berita,’’paparnya.
Secara teknis, menulis berita itu melaporkan peristiwa dengan menyusun unsur atau elemen berita yang terangkum dalam istilah 5W+1H. Yakni Who, What, Where, When Why dan How.
‘’ Lazimnya, unsur WHO atau WHAT merupakan unsur terpenting sehingga dikedepankan. Who, What, When, Where, Why, How. siapa melakukan apa, kapan, di mana, kenapa, bagaimana?,’’terang Sarif.
Untuk membuat judul berita yang baik berupa kalimat, minimal terdiri dari subjek dan predikat. Idealnya maksimal 10 kata.
‘’ Untuk Penulisan lead berita sebaiknya tidak melebihi 3 kalimat. Maksimal 35 kata. Jadi setiap kalimat rata rata 10 sampai 16 kata,’’tandas Sarif.(*)