Migrant Care minta Pemerintah Tegas Atasi Perdagangan Orang



Mulyadi Ketua Dewan Pengurus Migrant Care Pusat.(ft SK/ist)
KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Migrant Care mendorong pemerintah mengambil langkah mengatasi modus rekrutmen secara daring atau online lewat media sosial untuk menjaring pekerja migran Indonesia (PMI) yang dapat menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) seperti disampaikan Mulyadi selaku ketua dewan pengurus Migrant care pusat saat peringatan hari migran internasional di Mexolie hotel Kebumen Senin 19 Desember 2022.

Untuk pihaknya mendorong kementerian dan lembaga pemerintah seperti Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran (BP2MI) melakukan langkah untuk menghadirkan narasi pembanding untuk memastikan masyarakat menyadari praktik yang dapat menjaring PMI menjadi korban TPPO itu.

Mulyadi menyebut, tindak pidana perdagangan orang (TPPO) merupakan kasus yang cukup rentan terjadi di kalangan pekerja migran di tanah air. Selama dua tahun terakhir pihaknya mencatat angka kasus TPPO terus mengalami peningkatan. "Keseluruhan kami menginventaris ada 500 lebih laporan masuk terkait perdagangan orang," jelasnya.

Ia mengatakan, sejauh ini kasus perdagangan orang paling banyak menimpa para pekerja yang berkecimpung di bidang kelautan dan perikanan. Semua itu berangkat dari kurangnya pemahaman calon pekerja tentang pentingnya legal formal sebuah perusahaan tujuan. "Tidak punya akses bekerja di luar negeri, kemudian curi-curi. Kebanyakan mereka terima informasi lewat online kemudian tergiur," tuturnya.

Migrant care, kata Mulyadi, sejauh ini terus memberikan edukasi kepada masyarakat atau calon pekerja migran agar angka perdagangan orang terus menurun. Pihaknya juga selalu mengingatkan agar masyarajat tidak mudah tergiur jika ada iming-iming bekerja di luar negeri dengan upah dan fasilitas yang menggiurkan. "Sudah banyak kasus, setelah sampai sana ternyata tidak sesuai harapan. Mereka justru di eksploitasi," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Migrant Care Kebumen Saiful Anas menambahkan, ada sedikitnya 4.000 pekerja migran asal Kebumen menggantungkan nasib di negeri sebrang. Dari jumlah itu mayoritas para pekerja tersebar di beberapa negara Asia. "Kebanyakan Malaysia. Ada juga ke Hongkong, Arab dan Singapura," sebutnya.

Ia menyebut, beberapa tahun terakhir tren negara tujuan para pekerja migran kini tertarik bekerja di dataran tiongkok dan sekitar.  "Tren terakhir banyak yang minat ke Jepang sama Korea. Disana mereka mayoritas kerja pabrik. Buruh gitu lah," pungkasnya. (*)