![]() |
Titik Desi harsoyo.(ft sk/ist) |
Pendidik dan pembelajar di semua tingkat pendidikan harus cepat beradaptasi melaksanakan pembelajaran virtual. Pendidik yang semula menggunakan media konvensional harus berpindah ke media pembelajaran virtual. Pembelajar yang sebelumnya lebih banyak menggunakan gadget sebagai sarana hiburan harus mengalokasikan kuota internet untuk mengikuti kelas virtual.
Sontak pemanfaatan platform media konferensi virtual seperti Zoom dan Google Meet menjadi sangat populer.Dikutip dari situs databoks.katadata.co.id, dalam satuan juta unduhan, aplikasi konferensi video Zoom merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh pada tahun 2020 (681), diikuti oleh Google Meet (331), Microsoft Teams (200). Perusahaan pemilik Zoom mencapai pendapatan hingga US$956 juta atau 13,8 triliun pada kuartal I tahun 2021. Angka ini meningkat 191% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Tingginya tingkat pengunduhan membuktikan bahwa kebutuhan mengakses informasi dan pengetahuan harus dipenuhi, pun dalam situasi mengkawatirkan di masa pandemi.
Pergeseran Era Revolusi Industri 4.0 ke Society 5.0
Tampaknya pandemi Covid-19 telah menjadi akselerator bagi masyarakat dunia untuk lebih cepat menuju era Society 5.0 yaitu sebuah konsep perkembangan dari revolusi industri 4.0 dan pertama kali diperkenalkan oleh Jepang pada tahun 2019. Era Society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang mengintegrasikan antara ruang maya (virtual space) dan ruang fisik (nyata). Awalnya diprediksi bahwa era Society 5.0 akan terjadi 20 tahun setelah revolusi 4.0. Faktanya konsep tersebut terjadi hanya dalam waktu 10 tahun. Jika tidak terpicu oleh pandemi, mungkin dunia tidak akan secepat ini dalam membentuk manusia yang seimbang antara siap teknologi dan muatan humanisme. Indonesia merupakan negara yang mengalami percepatan luar biasa, belum sepenuhnya mapan dalam era 4.0 ternyata sudah harus beradaptasi memasuki Society 5.0.

Hubungan Pembelajaran Virtual, Difusi Ilmu Pengetahuan dan Peradaban
Penulis berpendapat bahwa dunia pendidikan berperan penting dalam difusi ilmu pengetahuan selama pandemi. Tulisan ini adalah refleksi tentang geliat dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19 agar pendidikan tetap berjalan dan penyebaran ilmu pengetahuan tidak berhenti. Menyebarkan ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam memajukan peradaban manusia karena peradaban tidak terbatas pada artifak. Tetapi lebih hakiki, peradaban sangat berkaitan dengan cara manusia berpikir, bersikap, berperilaku lebih baik.
Pembelajaran virtual memberikan kesempatan untuk belajar tanpa batas jarak, waktu, ruang. Tetapi ada tantangan yang muncul, salah satunya adalah tanggungjawab pribadi dan sosial dari pengguna. Ada enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh pembelajar yaitu literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan. Literasi dasar merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam memperoleh, mengolah informasi untuk mengembangkan pemahaman dan potensi diri. Di era pembelajaran virtual, penguasaan literasi digital lebih mendominasi. Literasi digital bermakna sebagai proses menerima, mengolah, menyebarkan informasi yang tepat dari dan ke berbagai sumber untuk kepentingan kemanusiaan. Kedewasaan pengguna adalah upaya manusia untuk berpikir, bersikap dan berperilaku lebih bijak dalam dunia digital. Penulis berpendapat bahwa pandemi Covid-19 telah membentuk peradaban baru di era pembelajaran virtual. Tentunya, ketika pandemi sungguh berakhir, semua aspek kehidupan selayaknya akan menuju tingkat peradaban dunia yang lebih bijak.(*)
Oleh : Titik Desi Harsoyo.
Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana YogyakartaMahasiswa PDIE Universitas Islam Indonesia