Belasan Benda Pusaka Mirip Era Majapahit Masih Diragukan

KRT Arif Priyantoro Rekso Budoyo (SK/ist)

KEBUMEN, (seputarkebumen.com)-
Pakar Tosan Aji Kebumen, KRT Arif Priyantoro Rekso Budoyo angkat bicara soal penemuan sejumlah benda pusaka di pesisir Pantai Menganti, pada Selasa (12/10) pagi.

Penemuan ini sempat viral di media sosial lantaran ada kemiripan benda pusaka era kerajaan Majapahit. Ada 15 benda pusaka yang ditemukan oleh Slamet Riyanto seorang penjaga Pantai Menganti saat menjalankan tugas patroli.

Dari hasil pengamatan sementara, KRT Arif Priyantoro Rekso Budoyo meragukan bahwa benda tersebut bukan merupakan benda peninggalan sejarah era Majapahit. Ini berdasar tekstur pahatan yang masih terbilang baru.

“Kalau dianalisa dari lambang, ukiran atau pahatan terlihat atau terkesan baru. Kemudian dari tingkat korosi juga masih meragukan,” paparnya, saat dihubungi, Kamis (14/10/2021) sore.

Hal lain yang membuat ia sangsi adalah material logam pada benda yang ditemukan dinilai bukan merupakan jenis logam pada masa Majapahit.

“Karena ada beberapa faktor pertimbangan, di era Majapahit itu masa perunggu dan swasa. Sedangkan itu yang saya lihat kemungkinan dari logam kuningan,” terang dia.

Secara kasat mata, lanjut Arif, memang tidak dipungkiri bahwa benda yang ditemukan ada kemiripan benda pusaka pada era Majapahit.

“Kalau melihat apa yang ditampilkan media itu jenis pataka menyerupai era Majapahit. Bahkan salah satu pusaka ada lambang Surya Majapahit,” jelasnya.

Dijelaskan, dalam dunia Tosan Aji bentuk dari benda pusaka bukan sesuatu yang mutlak dijadikan bahan pijakan mengambil kesimpulan. Melainkan butuh sederet rangkaian identifikasi dari jenis dan material logam hingga lokasi penemuan.

“Material logam dan jamur atau karat bisa menentukan, kemudian itu temuan darat atau air sangat menentukan hasil identifikasi. Dari segi sisi garam dan tempa itu gimana, ditempa atau cor itu akan kelihatan,” bebernya.

Meski begitu, ia tidak ingin berspekulasi terlalu jauh sebelum dilakukan identifikasi secara mendalam. Perlu dilakukan sebuah kajian sebagai bahan dasar menentukan keabsahan benda tersebut.

“Tetapi itu tidak boleh gegabah menilai, akan lebih baik identifikasi secara langsung karena ketika kita hanya mengidentifikasi dari gambar atau dari video, itu keakuratan akan kurang,” ungkapnya.

Disinggung pembuangan oleh seseorang, Arif mengamini bahwa benda yang sempat menggegerkan warga setempat ini tidak menutup kemungkinan buangan atau masyarakat jawa mengenal 'larungan'.

"Besar kemungkinan, karena masyarakat taunya melarung ya di laut," jelasnya.

Arif mengatakan, bahwa dirinya juga sempat dimintai bantuan secara langsung oleh Kades setempat untuk melakukan identifikasi agar dapat menghimpun informasi tentang benda tersebut.

"Semalam di sebuah acara saya bertemu dengan Kades, secara lisan beliau minta dibantu identifikasi barang supaya kita lihat hasil apa adanya," ucapnya. (SK/hfd)