KEBUMEN, (seputarkebumen.com)-
Kebijakan terbaru berisikan himbauan ‘Dua Hari di Rumah Saja’ oleh Gubernur
Jawa Tengah, Ganjar Pranowo disusul Bupati Kebumen menuai pro-kontra.
Masyarakat Kebumen ditingkat bawah alias ‘Akar Rumput’ mengaku keberatan atas
program tersebut.
Tokoh Masyarakat
Karanganyar, Romo Nur Dwi Laksono mengaku, himbauan berisi beberapa point
pembatasan masyarakat akan memutus urat nadi perekonian masyarakat. Sehingga
akan mengganggu dalam mencari nafkah.
“Program tersebut menambah
penderitaan guna mengais rejeki sekedar untuk dapat menyambung, mempertahankan
dan menghidupi keluarga,” ujarnya, Kamis (4/2/2021).
Justru, tambah Romo Nur,
kebijakan yang diambil Gubernur berambut putih itu akan memantik sikap apatis
masyarakat dalam rangkan penanggulangan penyebaran Covid-19 yang saat ini belum
dapat dikendalikan.
“Berakibat angka
partisipatif masyarakat sangat menurun dalam ikut serta penanggulangan dan
meminimalisir dampak penularan disamping faktor ekonomi,” terangnya.
Romo Nur yang merupakan
warga RT 03/01 Desa Plarangan, Kecamatan Karanganyar, Kebumen mengaku perihatin
atas kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada kebutuhan hidup masyarakat
bawah.
“Harusnya ada rasa empati dan bisa memahami
akan kesulitan masyarakat tingkat lower. Hanya kadang implementasi di lapangan
tidak sesuai dengan program itu sendiri,” imbuhnya.
Ia meminta, pemerintah
mencarikan solusi jitu sebelum mengeluarkan kebijakan yang bersinggungan
langsung dengan masyarakat bawah, agar tidak menimbulkan kerugian di berbagai
sektor.
“Secara prinsip mendukung
program tersebut toh maksud dan tujuannya baik. Tapi harusnya memikirkan dampak
dan akibat yang ditimbulkan,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan Tokoh Masyarakat Gombong, Agung
Sad Hadi Nugroho. Ia menganggap kebijakan pembatasan aktivitas ditengah
pemulihan ekonomi akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat.
“Kasihan yang memang sedang kembang kempis, mencoba bagaimana caranya tetap bertahan,” tandasnya. (Hfd)