KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Tak ingin berlarut dalam
suasana pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor pendidikan. Dewan Pendidikan
Kabupaten (DPK) Kebumen menggelar poliing atau menampung pendapat masyarakat
sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
DPK Kebumen membuka polling dari masyarakat untuk menggali data tentang setuju atau
tidak setuju terhadap dilaksanakannya PTM di sekolah-sekolah. Melalui
fitur layanan aplikasi google formulir dengan link https://forms.gle/Je14qwGzi99xNoaq6,
DPK meminta masyarakat mengisi sejumlah quesioner polling atau kolom pertanyaan
yang telah disediakan.
Dalam polling itu, terdapat kolom yang wajib diisi mulai
nama responden, status pilihan yang berkecimpung di dunia pendidikan, hingga
kolom alasan jika mengadakan PTM.
Polling yang akan
ditutup pada 23 Februari 2021,pukul 12.00 WIB tersebut, nantinya akan digunakan
menyampaikan rekomendasi kepada Bupati Kebumen untuk melaksanakan PTM.
“Mohon diisi dengan
sepenuh hati, data ini akan dipergunakan untuk menyampaikan Rekomendasi kepada
Bupati untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka,” tertulis dalam formulir
tersebut.
Salah satu anggota DPK Kebumen, Siti Mardiyah membeberkan,
setiap layanan pendidikan di Kebumen dinilai telah mendukung untuk pelaksanaan
PTM baik dari segi sarana prasarana maupun faktor pendukung lain.
“Semua sekolah sudah
siap mulai jenjang pra sekolah atau PAUD sampai dengan perguruan tinggi,”
ujarnya, saat dikonfirmasi.
Selain itu, lanjut Mardiyah, dunia pendidikan tak akan
meraih kesuksesan dalam membangun karakter siswa jika terus menerus menggunakan
metode pembelajaran secara daring. Hal inilah yang hendaknya menjadi
pertimbangan penting.
“Bagaimana pun anak-anak perlu ketemu langsung dengan
guru dan kawan-kawan, khususnya untuk pendidikan karakter. Berharap Kebumen
bisa pembelajaran tatap muka, dengan tetap menggunakan protokoler kesehatan,”
terangnya.
Terpisah, seorang wali siswa Mohamad Dofir Fauzi (43)
mengaku sangat mendukung rencana pelaksanaan PTM yang sudah setahun lebih
vakum. Menurut dia, pembelajaran di rumah cukup merepotkan orang tua.
“Saya setuju sekali, mau gimana lagi. Misal anak ada pelajaran yang susah dikerjakan dia tanya ke saya, otomatis ya ikut bantu mengerjakan,” katanya.
Keseharian Dofir sebagai tukang bakso keliling disekitar
jantung Kota Kebumen, dinilai tak cukup untuk rutin membeli kuota internet yang
digunakan anaknya sekolah secara daring.
“Anak saya dua masih sekolah butuh kuota internet semua, tiga hari paling tidak beli kuota Rp 50-100 ribu. Belum lagi buat jajan setiap hari,” ungkapnya. (Hfd)