![]() |
| Aipda Margadi Anggota Polres Kebumen.(ft ist) |
Inovasi itu lahir dari keprihatinannya melihat lahan pertanian warga yang semakin sempit. Melalui Sarpantik, Margadi menggabungkan empat komoditas dalam satu lahan: padi ditanam di tengah, ikan lele hidup di petak air, itik dibiarkan mencari pakan alami, sementara sayuran hijau tumbuh subur di tepi sawah.
“Konsep ini kami kembangkan supaya lahan kecil tetap bisa produktif. Semua saling mendukung,” ujar Margadi, Jumat 31 Oktober 2025. “Ikan membantu mengendalikan hama padi, sedangkan kotoran itik menjadi pupuk alami.”
Lebih dari sekadar proyek pribadi, Sarpantik menjadi sarana pemberdayaan warga. Sebagian hasil panen lele ia bagikan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk kepedulian sosial dan kehadiran Polri yang membawa manfaat nyata.
Kini, lahan percobaan milik Margadi sering dikunjungi warga yang ingin belajar. Ia tak segan berbagi pengetahuan, bahkan turun langsung mendampingi warga yang menerapkan sistem serupa. “Kalau masyarakat makmur, keamanan pun akan terjaga. Itu sejalan dengan tugas kami sebagai Bhabinkamtibmas,” tuturnya rendah hati.
Inovasi Margadi mendapat apresiasi langsung dari Kapolres Kebumen AKBP Eka Baasith Syamsuri, yang menilai langkah tersebut sebagai contoh nyata semangat Polri Presisi.
“Apa yang dilakukan Aipda Margadi adalah pengabdian sejati. Ia bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga hadir sebagai solusi bagi masyarakat,” ungkap Kapolres. “Sarpantik menjadi bukti bahwa polisi dapat berperan dalam memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan warga.”
Dari tangan seorang polisi yang rela berlumur lumpur demi kebermanfaatan, lahirlah gagasan sederhana namun bernilai besar. Sarpantik bukan sekadar sistem tumpang sari — melainkan simbol pengabdian dan kepedulian yang tumbuh dari tanah Indrosari.(*)






