Kebumen Lepas dari Predikat Kabupaten Termiskin d Jawa Tengah, Angka Kemiskinan Turun Signifikan


Bupati Kebumen Lilis Nuryani saat menyambut Gubernur Jateng Ahmad Luthfi di Ponpes Al-Falah Sumberadi.(ft ist) 
KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Kabar menggembirakan datang dari Kabupaten Kebumen. Setelah bertahun-tahun menyandang predikat sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah, kini Kebumen berhasil bangkit dan mencatatkan penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan.

Bupati Kebumen Lilis Nuryani menyampaikan langsung capaian tersebut dalam dialog bersama Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi di Pendopo Kabumian, Selasa (9/9/2025).

Menurut Bupati Lilis, tingkat kemiskinan di Kebumen pada tahun 2024 masih berada di angka 15,71 persen. Namun, berkat kerja keras berbagai pihak, angka itu turun menjadi 13,58 persen pada 2025.

“Alhamdulillah, penurunannya mencapai 2,13 persen. Ini berkat kerja sama luar biasa dari semua pihak, mulai dari Pak Gubernur, OPD, hingga masyarakat Kebumen sendiri,” ujar Bupati Lilis yang disambut tepuk tangan hadirin.

Capaian ini menandai babak baru bagi Kebumen yang tidak lagi menyandang predikat kabupaten termiskin di Jawa Tengah.

Gubernur Ahmad Luthfi mengapresiasi pencapaian tersebut. Menurutnya, keberhasilan menekan angka kemiskinan tidak hanya bergantung pada bantuan sosial, melainkan juga pada kondusivitas wilayah dan sinergi lintas sektor.

“Membangun Jawa Tengah tidak bisa parsial atau ego sektoral. Semua daerah harus bergerak bersama,” tegas Gubernur.

Dalam kesempatan itu, Gubernur juga menyinggung sejumlah program strategis, mulai dari peningkatan investasi, percepatan penanganan kemiskinan, hingga program Rumah Layak Huni (RTLH). Pemprov Jateng menargetkan pembangunan 17 ribu unit RTLH per tahun yang diprioritaskan bagi keluarga miskin dengan kondisi rentan, seperti anak putus sekolah, stunting, atau tidak memiliki fasilitas sanitasi layak.

Tak hanya itu, Gubernur juga menekankan pentingnya kesiapan daerah dalam menghadapi kondisi darurat atau kontinjensi. Ia meminta setiap kabupaten memiliki blueprint kontinjensi agar mampu menjaga stabilitas dan menarik minat investor.

“Kalau sampai terjadi kerusuhan sosial, yang rugi bukan hanya masyarakat tapi juga dunia usaha. Investor akan berpikir ulang untuk masuk ke Jawa Tengah,” tandasnya.

Menutup dialog, Gubernur Luthfi mengingatkan pentingnya kembali menghidupkan ronda malam atau siskamling di tingkat RT/RW, sebagai salah satu upaya menjaga keamanan lingkungan sekaligus memperkuat rasa kebersamaan warga.(*)