![]() |
Anggota DPRD Kebumen, Muhammad Fauhan Fawaqi SIP MM.(ft ist) |
Hal itu disampaikan Anggota DPRD Kebumen, Muhammad Fauhan Fawaqi SIP MM atau yang akrab disapa Gus Fauhan. Menurutnya, suara rakyat di jalanan adalah energi demokrasi yang tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Data BPS mencatat tingkat kemiskinan Kebumen pada 2024 masih sekitar 14 persen. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata Jawa Tengah yang 10,5 persen. Demokrasi yang sehat bukan hanya soal prosedur elektoral, tapi juga soal kemampuan negara menjawab kebutuhan dasar warganya,” ujar politisi Fraksi PKB itu.
Kepada para demonstran, Gus Fauhan menyebut mereka sebagai hati nurani yang menolak diam. Menurutnya, partisipasi rakyat adalah kekuatan untuk mendorong perbaikan, termasuk menurunkan angka pengangguran yang saat ini 5,7 persen menjadi di bawah 4 persen pada 2029.
“Bila suara rakyat diabaikan, apatisme akan tumbuh. Tetapi bila dirangkul, suara itu bisa menjadi daya dorong perubahan,” tegasnya.
Kepada aparat kepolisian, Gus Fauhan berharap agar pendekatan humanis dikedepankan. Ia menilai, polisi bukan hanya penjaga ketertiban, melainkan mitra rakyat dalam menjaga demokrasi tetap teduh.
“Penelitian dalam Policing and Society Journal (Marenin, 2020) membuktikan bahwa pendekatan persuasif lebih efektif menjaga stabilitas jangka panjang dibanding tindakan represif. Menjaga rakyat dengan hati akan lebih kuat daripada mengendalikan dengan kekerasan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pesan almarhum Gus Dur bahwa demokrasi hadir bukan untuk memperkuat kekuasaan pemerintah, tetapi untuk memastikan rakyat berdaulat.
“Hari ini kita belajar dari jalanan bahwa rakyat bukan lawan, bukan beban, melainkan guru. Mereka mengingatkan kita bahwa demokrasi tumbuh bukan di tanah ketakutan, melainkan di tanah kebebasan,” kata Gus Fauhan.
Menutup pernyataannya, ia menyampaikan optimisme bahwa jika semua pihak mau mendengar dengan jernih, maka pada 2030 Kebumen tak lagi dikenal karena keterbatasannya, melainkan karena keberdayaannya.(*)