BUAYAN, (seputarkebumen.com)- Langkah kaki rombongan Sedulur Kebumen dan PT Global Media Data Prima (GMDP) menyusuri jalan perbukitan menuju rumah Bu Kadem (62) di Desa Wonodadi Kamis lalu (7/8/2025), bukan sekadar menandai bedah rumah ke-50 mereka. Di sana, mereka disambut tangis haru dan sujud syukur seorang nenek yang selama ini terpaksa makan nasi jemuran dan buang air besar di sungai. Momen mengharukan itu menjadi bukti nyata betapa program bedah rumah ini menyentuh langsung kehidupan warga paling memprihatinkan di Kecamatan Buayan, Kebumen.Kolaborasi PT GMDP dan Sedulur Kebumen saat memberikan bantuan Bedah rumah di kecamatan Buayan.(ft ist)
Kegiatan kolaboratif yang dihadiri langsung oleh Bupati Kebumen, Lilis Nuryani, serta jajaran pemerintah kecamatan dan desa ini, berhasil membedah dua rumah tidak layak huni sekaligus, menandai capaian signifikan program ke-49 dan ke-50 Sedulur Kebumen.
Di Dukuh Prigi, Desa Tugu, rumah Bu Maryati yang sebelumnya sangat memprihatinkan akhirnya dirobohkan untuk dibangun baru. Tinggal hanya dengan satu anaknya, sementara tujuh anak lainnya merantau, kehidupan Maryati akan berubah total.
"Kondisinya memang sudah sangat tidak layak. Kami tidak bisa membiarkannya," ujar Sugeng Budiawan, sesepuh Sedulur Kebumen, menekankan pentingnya gotong royong bersama pemerintah desa dan masyarakat. Bantuan yang diberikan bukan hanya fisik. Sedulur Kebumen menyediakan dana Rp30 juta untuk pembangunan rumah inti dan Rp10 juta sebagai modal awal beternak kambing.
Pemerintah Desa Tugu juga turut menyokong dengan tambahan Rp15 juta. Tak ketinggalan, perabot rumah tangga lengkap seperti televisi, kasur, kursi, meja, hingga kompor gas disiapkan untuk memastikan rumah baru itu benar-benar menjadi hunian yang nyaman dan berdaya.
Bupati Lilis Nuryani pun tak henti mengapresiasi.
"Ini adalah bentuk nyata kepedulian Sedulur Kebumen, khususnya Pak Sugeng, yang telah mencapai bedah rumah ke-49. Bantuan ternak kambing juga sangat berarti untuk membuka peluang usaha bagi Bu Maryati dan anaknya," ucap Bupati.
Beliau juga berpesan agar rumah di lahan 8 ubin itu dibangun sesuai standar, dilengkapi MCK dan dapur yang layak. Camat Buayan, Nur Wahyudi, menambahkan bahwa kondisi Bu Maryati adalah benar-benar ketiadaan, bukan karena ketidakpedulian anak-anaknya yang merantau.
Kisah paling mengharukan terjadi di RT 4 RW 1, Desa Wonodadi. Pasangan sepuh Rasmanto (73) dan Kadem (62) beserta cucunya, selama dua tahun terpaksa menumpang di bangunan semi-permanen milik tetangga. Tanpa rumah sendiri setelah pulang merantau dari Semarang, kehidupan mereka serba kekurangan. Pak Rasmanto menyadap nira kelapa (nderes) untuk bertahan hidup, sementara Bu Kadem memulung sampah selepas mengantar cucu sekolah. Air minum dan listrik pun mengandalkan kebaikan tetangga.
Saat rombongan bantuan tiba, emosi Bu Kadem tak terbendung. Ia menangis tersedu-sedu dan bersujud penuh syukur di hadapan mereka.
"Saya sudah tidak malu lagi untuk menangis," ujarnya lirih, masih tak percaya akan mendapatkan pertolongan. Ia bercerita betapa pahitnya hidup mereka, terkadang hanya makan nasi kering yang dijemur ulang, buang air besar di sungai, dan mandi di ruangan seadanya.
Bravo Drajat Noto Titiwibowo, Direktur GMDP, menyatakan komitmen perusahaannya dalam memajukan Kebumen tak hanya melalui teknologi, tapi juga program CSR nyata.
"Dana CSR kami hadirkan untuk masyarakat. Semoga kehadiran GMDP membawa berkah," tegas Bravo.
Total bantuan GMDP untuk keluarga ini mencapai hampir Rp65 juta, mencakup Rp40 juta untuk pembangunan rumah, perabotan rumah tangga, dan yang sangat krusial: pembelian lahan seluas 6 ubin senilai Rp12 juta, sehingga mereka akhirnya memiliki tanah tempat tinggal sendiri. Bravo juga menyampaikan rencana ke depan bahwa program CSR GMDP tidak hanya untuk bedah rumah, tetapi juga bisa untuk pembangunan mushola atau tempat ibadah.
Dua bedah rumah di Buayan ini bukan sekadar angka ke-49 dan ke-50 bagi Sedulur Kebumen. Ini adalah cerita tentang mengembalikan martabat Bu Maryati dengan rumah dan peluang usaha, serta mengangkat Bu Kadem dan Pak Rasmanto dari jurang keputusasaan menuju harapan baru di atas tanah milik mereka sendiri.
Kolaborasi antara komunitas, pemerintah daerah, dan dunia usaha melalui GMDP ini menjadi bukti bahwa kepedulian nyata mampu mengubah nasib dan membangun Kebumen yang lebih sejahtera, satu rumah demi satu rumah.(*)