Dari Derita Gangguan Saraf hingga Naik Haji Berdua bareng Suami, Jariyah Bersyukur JKN Jadi Penyelamat Keluarganya


Peserta JKN, Jariyah (56), warga Desa Mrentul, Kecamatan Bonorowo.(ft ist)kk
KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Air mata haru mengalir di wajah Jariyah (56), warga Desa Mrentul, Kecamatan Bonorowo, saat mengenang perjuangannya mendampingi sang suami melawan penyakit langka yang nyaris merenggut semangat hidup keluarga mereka pada 2016 silam.

“Nama medisnya saya kurang tahu, tapi kata orang, itu gangguan saraf tepi,” ujar Jariyah saat ditemui di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Kebumen, Selasa (15/4).

Semua bermula ketika sang suami tiba-tiba mengeluh nyeri hebat di kakinya saat tengah membersihkan rumah untuk persiapan hajatan dan keberangkatan haji. “Sakitnya seperti ditusuk-tusuk paku, lalu disusul kesemutan hampir di seluruh tubuh,” kenangnya.

Esok harinya, sang suami dibawa ke dr. Haryanto di Prembun, tempat Faskes tingkat pertama miliknya. Dari sana, ia dirujuk ke RS Permata Medika Kebumen. Selama lima hari dirawat, sempat diduga menderita rematik akut meski tidak punya riwayat serupa. “Kami hanya bisa pasrah, manut saja. Untungnya kondisi beliau sempat membaik,” ujarnya.

Namun, belum genap seminggu setelah pulang, kondisi suaminya kembali memburuk. Kali ini ia dirawat di RS Bethesda. Di sinilah dokter mengidentifikasi penyakit yang lebih spesifik: kelainan pada plasma darah yang memengaruhi sistem saraf tepi. Karena fasilitas terapi tak tersedia di Bethesda, pasien dirujuk lagi ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

“Dokternya bilang ini mirip stroke, tapi bukan di pusat, melainkan di bagian pinggir sistem saraf. Makanya gejalanya juga hampir sama,” kata Jariyah.

Kini, setelah melewati beragam tindakan medis termasuk enam kali transfusi tukar plasma darah, sang suami telah kembali pulih. “Alhamdulillah, sekarang sudah sehat. Masih ada sedikit kesemutan di ujung jari, tapi sudah bisa nyupir lagi. Bahkan kami bisa naik haji bareng tahun 2017,” ungkapnya dengan senyum.

Seluruh proses pengobatan, termasuk tindakan transfusi yang per sesinya mencapai Rp12 juta, ditanggung penuh oleh Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jariyah dan suaminya terdaftar sebagai peserta segmen Pekerja Penerima Upah (PPU), sebagai pensiunan ASN Pemkab Kebumen.

“Kalau dihitung, biaya pengobatan waktu itu bisa tembus Rp72 juta hanya untuk transfusi. Belum termasuk obat dan perawatan lainnya. Tapi semua dicover JKN. Kami benar-benar bersyukur,” katanya.

Jariyah pun mengungkapkan terima kasih kepada Pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah menjadi tumpuan harapan keluarganya. “Program JKN ini benar-benar menyelamatkan kami. Rasanya aman, ada perlindungan saat kami benar-benar butuh,” tutupnya.(*)