![]() |
Isnaeni Nur Azizah (44) Peserta JKN asal Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan.(ft ist) |
Sebagai seorang ibu, ia telah mengetahui bahwa kesehatan adalah aset paling berharga yang harus dijaga. Itulah sebabnya, beberapa tahun silam, ia memutuskan untuk mendaftar sebagai peserta mandiri pada Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Waktu itu saya berpikir, tidak akan ada yang tahu kapan sakit, tapi lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal nantinya. Selama bertahun-tahun, saya tetap membayar iuran setiap bulan. Saya merasa tenang aja, karena tahu ada perlindungan jika suatu saat nanti dibutuhkan,” ujarnya saat ditemui di Puskesmas Pejagoan, pada Jumat (15/08)
Lebih lanjut Eni menceritakan, saat suaminya diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu instansi di Kebumen pada beberapa waktu yang lalu, kepesertaan JKN Isnaeni pun beralih menjadi tanggungan suaminya. Bagi Isnaeni, perubahan segmen ini tidak mengurangi rasa syukurnya. Baginya, yang terpenting adalah tetap terlindungi oleh JKN.
“Jenis kepesertaan di JKN ini menurutku tidak berpengaruh dengan pelayanan saat berobat ya. Saya merasakan sendiri pengalaman pakai JKN sewaktu jadi peserta mandiri maupun jadi peserta ASN, jadi saya bisa ngomong begitu,” ungkapnya.
Isnaeni kemudian menceritakan bahwa belum lama ini ia mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal saat mengendarai motor. Ia mengaku sempat kehilangan kesadaran di tempat kejadian setelah kecelakaan terjadi.
“Waktu sadar, saya sudah ada di IGD rumah sakit, tubuh penuh luka, dan tangan kiri saya patah,” tuturnya pelan.
Eni juga mengaku kondisinya saat itu memprihatinkan. Rasa nyeri luar biasa membuatnya nyaris tak mampu bergerak. Dokter menyarankan untuk segera dilakukan operasi untuk menyelamatkan fungsi tangannya. Berkat JKN, Eni dapat bernafas lega karena seluruh biaya operasi, perawatan di rumah sakit, hingga obat-obatan dijamin penuh oleh JKN.
“Kalau tidak ada JKN, mungkin kami harus mengeluarkan puluhan juta rupiah. Saya tidak bisa membayangkan betapa berat beban kami jika harus bayar sendiri,” ucapnya sambil menghela napas.
Eni mengatakan setelah kondisinya membaik, Isnaeni masih harus menjalani fisioterapi secara rutin. Seluruh proses pemulihannya, ia jalani dengan memanfaatkan JKN. Dengan menggunakan JKN, ia pun dapat fokus menjalani pengobatannya tanpa harus khawatir memikirkan biaya.
“Kalau sudah pakai JKN, sudah tidak pusing soal biayanya. Waktu kecelakaan kemarin, info dari anak saya yang mengurus, harus ada laporan polisi. Namun, itu tidaklah sulit dan tidak memakan waktu lama,” ungkapnya.
Pengalaman Isnaeni memanfaatkan JKN, bukan hanya saat menjalani pengobatan pasca kecelakaan beberapa waktu lalu. Pada tahun 2024, saat ia masih menjadi peserta mandiri, ia pernah menjalani operasi bedah akibat infeksi pada salah satu bagian tubuhnya. Ia pun mengaku puas selama berobat menggunakan JKN.
“Dua kali saya menjalani operasi, dua-duanya tertolong oleh JKN. Selama saya berobat, tidak pernah ada perlakuan berbeda antara peserta JKN dan pasien umum. Petugas selalu ramah, profesional, dan obat-obat yang diberikan pun sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Bagi Isnaeni, bersyukur saja tidaklah cukup. Ia ingin pengalamannya menjadi pengingat bagi orang lain. Program JKN telah menjadi penyelamat bagi banyak orang di sekelilingnya, bukan hanya dirinya. Ia berharap semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya memiliki jaminan Kesehatan.
“Kadang kita merasa sehat-sehat saja, jadi menunda untuk urus JKN. Tapi kita tidak pernah tahu, musibah atau penyakit bisa datang kapan saja. Bagi saya, JKN telah menjadi penyelamat, pengurang beban, dan penolong di saat kita terpuruk. Saya sungguh bersyukur menjadi peserta JKN,” kata Eni menutup ceritanya.(*)