![]() |
Proses pengepakan kripik talas.(ft ist) |
Usaha yang dirintis sejak 2022 ini lahir dari kebutuhan sederhana: mengolah hasil panen talas yang melimpah. Bersama istrinya, Sari Yunianti, Andy memulai produksi kecil-kecilan untuk konsumsi sendiri. Namun siapa sangka, cita rasa keripik buatannya justru diminati banyak orang hingga kini dipasarkan ke daerah Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, dan Purworejo.
“Awalnya karena banyak talas di rumah, bingung mau dibikin apa. Akhirnya saya dan istri coba buat keripik, terus dijual. Ternyata laku, jadi kami teruskan sampai sekarang,” ujar Andy saat ditemui, Senin (2/6/2025).
Setiap harinya, mereka mengolah sekitar dua kuintal talas menjadi keripik. Proses produksi tidak hanya melibatkan keluarga, tetapi juga warga sekitar. Beberapa ibu rumah tangga di lingkungan setempat ikut diberdayakan untuk membantu pengupasan talas.
“Produksi dan pemasaran kami lakukan berdua. Untuk proses pengupasan, kami libatkan tetangga agar bisa saling bantu dan ada manfaat ekonomi juga,” tambahnya.
Produk keripik yang dinamai "Keripik Talas Chunill" ini dikemas dalam ukuran 200 gram dan dijual seharga Rp12.000 per bungkus. Tersedia dalam dua varian rasa favorit: original dan balado, keripik ini menawarkan sensasi gurih dan renyah yang khas.
“Untuk sekarang kami fokus ke dua rasa dulu, original dan balado. Respon pasar cukup bagus,” ungkap Andy.
Perjalanan memperkenalkan produknya tidak selalu mulus. Ia mengaku sempat kesulitan dalam tahap awal pemasaran. Namun, dengan mengikuti berbagai pelatihan wirausaha, mengurus sertifikasi halal, dan terus menjaga kualitas produk, perlahan nama "Chunill" mulai dikenal luas.
“Dulu awalnya susah sekali mengenalkan produk ini. Tapi saya belajar, ikut pelatihan, dan tetap semangat. Kuncinya sabar, tekun, dan jangan mudah menyerah,” ujarnya.
Kini, dengan semangat wirausaha dan komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat lokal, Andy berharap usahanya dapat terus tumbuh dan memberi dampak positif yang lebih luas.(*)