Cerita Pungli di Pasar Tumenggungan, Pedagang Kecil Buka Lapak Diminta Rp2,5 Juta.


Para pedagang di pasar Tumenggungan Kebumen (ft sk/ist)

KEBUMEN, (seputarkebumen.com)- Pasar Tumenggungan, Kebumen sempat ramai dibicarakan karena adanya pungutan liar (Pungli). Kabar tersebut pun sampai ke Bupati Kebumen Arif Sugiyanto, hingga akhirnya Bupati meminta kepada jajaran terkait agar segara dilakukan penindakan.

Seperti apa sih Pungli di Pasar Tumenggungan, Kebumen? Pungli itu ternyata menyasar kepada para pedagang pasar pagi Tumenggungan. Para pedagang kecil itu setiap hari dimintai uang setoran sebesar Rp2.000, ada juga yang Rp3000 tanpa peruntukan yang jelas.


Beberapa pedagang pasar yang tidak mau disebutkan nama lengkapnya mengaku bahwa pungli itu benar terjadi. Salah satunya pedagang ayam inisial MU, ia mengaku bahwa ia dan pedagang lain dimintai uang Rp2000 oleh seorang disebut bukan petugas pasar.


"Jadi soal Pungli itu memang benar, kami setiap hari dimintai uang Rp2.000, gak tahu untuk apa yang jelas semua dimintain, dan setahu saya itu bukan petugas pasar. Karena tidak pakai karcis," ujar MU saat ditemui di pasar, Minggu (23/1/2022).


MU sendiri sudah berjualan ayam selama dua tahun. Bahkan menurutnya, semua pedagang yang ingin buka lapak di sini harus membayar uang Rp2,5 juta kepada seseorang yang itu juga bukan dari petugas pasar. Pedagang dipaksa bayar, jika tidak, tidak boleh berjualan.


"Selain Rp2.000, awal kita buka atau jualan disini juga dimintai uang Rp2,5 juta. Katanya mau buka lapak bayar. Tapi ketika saya minta kwitansi dan aturannya mereka nggak mau menunjukan. Jadi memang tidak jelas itu uang untuk apa," jelasnya.


Hal yang sama juga dirasakan oleh pedagang kopi di pasar pagi, sebut saja AS, ia juga turut merasakan adanya pungutan liar di pasar Tumenggungan. Setiap hari harus bayar Rp2000. Kemudian awal buka lapak juga diminta bayar Rp2,5 juta.


"Ya memang benar ada tarikan liar, kalau yang kecil-kecil pedagang sayuran itu Rp2000, saya juga. Kalau yang agak besar sedikit Rp3000 sampai Rp5000. Belum lagi awal kita jualan di sini semua pedagang harus bayar Rp2,5 juta, ada yang sampai Rp3 juta," tutur AS.


Tapi lagi-lagi kata AS, peruntukannya tidak jelas karena tidak memakai kwintansi, dan diduga kuat bukan petugas pasar. Banyak info beredar bahwa pihak yang menarik itu adalah seorang preman pasar. 


"Karena memang tidak ada kwintansi atau bukti bahwa saya bayar Rp2,5 juta untuk apa. Dari petugas bukan, intinya kalau nggak bayar nggak boleh jualan," tuturnya.


YA pedagang lain yang setiap hari jualan pisang dan sayuran mengatakan, sebenarnya tidak masalah dia harus bayar uang lapak Rp2,5 juta. Tapi hendaknya ada fasilitas yang diberikan. Misalnya diberikan payung agar tidak kehujanan, atau diberi karpet atau tikar untuk jualan sayuran.


"Lah ini nggak ada fasilitas apa-apa, kita payung beli sendiri. Karpet, tikar juga beli sendiri. Tarikan setiap hari, tapi kita tidak dapat fasilitas apa-apa. Sekarang dihitung saja setiap hari Rp2000 dikali misal 400 sampai 500 pedagang disini sudah berapa? Sudah Rp1 juta, kali satu bulan Rp30 juta, lumayan itu," tuturnya.



Pedagang Tidak Kuat Bayar

YA mengatakan, pungli jelas meresahkan para pedagang. Banyak yang keberatan, apalagi para pedagang baru yang ingin jual hasil buminya di pasar pagi. Hanya karena mereka tidak mampu bayar uang lapak Rp2,5 juta mereka harus tutup lapak, dan tidak bisa lagi berjualan di pasar.


"Jangan dikira Rp2,5 juta itu kecil loh. Kalau masyarakat di desa-desa yang mau jualan sayuran di pasar pagi itu besar. Mereka jual hasil bumi yang ada di kampung, kadang kangkung, pisang, kelapa, dau pisang dll. Mereka mau buka lapak harus bayar Rp,25 juta. Tapi banyak karena tidak mampu bayar, mereka tidak lagi jualan di sini, hilang," ucapnya.

YA dan para pedagang lain, ada khawatiran jika dirinya terancam atau diganggu keselamatannya oleh orang lain karena berani bercerita soal adanya pungli. Karena memang diakui banyak pedagang lain yang memilih diam karena takut ada teror dari pihak luar. "Mereka yang tidak mau ngomong itu karena takut, terjadi apa-apa jadi milih diam," jelasnya.

Sudah Tidak Ada Pungli

YA menyebut pungli di pasar Tumenggungan sudah berlangsung sejak lama. Namun dia bersyukur sejak ada instruksi dari Bupati Kebumen untuk dilakukan penindakan, empat hari ini, ia bersama para pedagang pasar lain sudah tidak dimintai tarikan Rp2000 tiap harinya.


"Alhamdulillah begitu ada berita ramai-ramai Pak Bupati minta ditindak, sekarang iuran Rp2000 empat hari ini sudah tidak lagi. Kalau yang lapak belum tahu, karena belum ada pedagang baru. Harapanya tidak perlu ditarikin. Kasihan rakyat kecil, hanya butuh untuk cari makan," tandasnya.


Sejak Bupati Arif meminta agar pungli di Pasar Tumenggungan ditindak, beberapa waktu lalu, para pedagang menyebut sempat ada petugas dari Disperindag melakukan tinjuan atau sidak ke pasar. Sehari setelah, pungutan Rp2000 kini tidak ada lagi.(*)