Foto : Tahu produksi Kemitir (sk/hafied) |
KEBUMEN, (seputarkebumen.com) - Para perajin tahu di Kebumen terpaksa memperkecil ukuran tahu sebagai imbas meroketnya harga kedelai yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu.
Salah satu perajin tahu, Nur
Khamid (57) mengaku, rata-rata perajin tahu yang berada di sentra pembuatan
tahu RT 03/01 Kemitir, Kelurahan Bumirejo, Kebumen menyiasati harga kedelai
naik dengan mengurangi volume dan bentuk tahu.
“Potongannya dikecilin, cuma
dipotong sedikit. Timbangan dikurangi sedikit. Bentuknya dikecilin. Kalau
setiap masak 25 kg ini dikurangi seperempat,” terangnya, Rabu (6/1/2020).
Menurutnya, cara tersebut
merupakan solusi jitu untuk menghindari kerugian. Selain itu, salah satu cara
agar para konsumen tak kabur dan beralih ke bahan makanan lain.
“Kalau mau dinaikin sekalian
kita yang kasihan karena sudah langganan. Mungkin ini cara biar sama-sama
jalan,” imbuhnya.
Tak jarang, kata Khamid,
para pelanggan setia yang selama ini mengkonsumsi tahu juga merasa aneh dan keberatan
dengan ukuran tahu.
“Ya pasti ada komplain dari
pembeli. Biasanya besar kok sekarang kecil dan tipis tidak seperti sebelumnya.
Tapi kembali lagi ke modal buat beli kedelai sudah mahal minta ampun,”
terangnya.
Ia menyebutkan, harga
komoditas kedelai mulai merangkak naik sejak Desember 2020, yakni berkisar Rp
7000-7.500 per Kg. Bahkan memasuki awal tahun 2021 terus menunjukan kenaikan
harga hingga saat ini mencapai Rp 9.300 per Kg.
“Naik dari ke hari tidak
terasa malah harga hampir Rp 10 ribu. Terakhir belanja kedelai saya juga kaget
harga kok bisa sampai segitu,” tandasnya.
Bersama 9 perajin tahu lain
disekelilingnya, ia merasa keberatan dengan kenaikan harga kedelai. Sehingga
akan menambah beban biaya operasional dan ongkos produksi. Padahal ia mampu
memproduksi sekitar 4-5 kuintal kedelai setiap minggu.
“Kalau harga kedelai naik terus ya bisa dibilang tidak ada hasil. Pas buat modal dan produksi aja,” pungkasnya. (Hfd)